Selasa, 18 Oktober 2016

Main ke kota kelahiran kakak


Bisa dibilang ini short escape yang paling mengesankan buatku. Berkat hari idul adha yang jatuh pada hari senin maka aku sekeluarga sepakat untuk memanfaatkan sebaik dan sepuas-puasnya liburan 3 hari ini. Kami pun sudah bertekad bulat untuk berlibur ke kota kelahiran abangku yang aku sendiri baru kali ini pergi kesana. Kota itu adalah..... Bandar Lampung!.

Satu pengalaman baru yang membuat aku tambah semangat dalam perjalanan liburanku ini adalah merasakan yang namanya menyebrang antar pulau dengan kapal feri. You don't have to ask why because it's absolutely my first time on ferry boat :D. Melihat semburan air laut yang begitu indah, angin yang terus berhembus dengan sejuknya sampai dengan kenikmatan menyeruput satu buah popmie rasa ayam bawang di tengah laut. Dengan harga yang tidak jauh lebih mahal dari kelas ekonomi, kami memilih untuk duduk di ruang ber-AC. Sepanjang perjalanan, sesekali aku memakan cemilan sambil melihat-lihat hiruk pikuk para penumpang lainnya. Sementara bapak yang duduk tepat di sampingku memilih untuk tidur. Ibuku pun juga tertidur rupanya dan kakakku sedang terlena dengan lagu-lagu kesukaannya.

Tak terasa, sekitar 1 jam setengah kami sudah sampai di Pelabuhan Bakauheuni. Kata bapak, pelabuhan sekarang sudah jauh lebih bagus. Ia pun tampak takjub dengan pemadangan Bakaueheuni kini sejak dua puluh dua tahun lalu ia baru bertandang kemari lagi. Perjalanan tak selama yang kubayangkan. Jakarta Lampung begitu dekat. Jika kapal berjalan dengan lebih cepat lagi maka Jakarta-Lampung akan terasa seperti Jakarta-Bandung ya, hehehe.

Setibanya di Bakauheuni, bapak dengan sangat excited nya mengajak kami untuk makan siang di Rumah Makan Ayam Goreng Akong. Sedikit cerita, bapak dan ibu pernah tinggal di Lampung selama 4 tahun karena kebetulan bapak sedang ditempatkan bekerja disana. Waktu yang lumayan lama membuat bapak memiliki beragam kenangan di kota ini. Dulu sewaktu berkerja disini, ia dan teman-teman sering makan di Rumah Makan Ayam Goreng Akong ini. Bapak suka sekali dengan ayam gorengnya. Saking seringnya ia juga sudah kenal betul dengan si Akong, pemilik rumah makan. Terlihat jelas bapak begitu merindukan rumah makan ini dan segala kenangannya. Setelah makan, bapak pun minta difotokan dengan si Akong di depan plang rumah makan. Mereka tampak begitu senang seolah reuni dengan kawan lama yang sudah lama sekali tidak bertemu.

Selama di Lampung, kami menginap di Hotel Emersia. Aku lupa tepatnya di jalan apa. Hotel ini terletak di daerah yang tinggi. Jadi dari hotel ini kami bisa melihat pemandangan kota laut dan juga tentunya penampakan kota Lampung dari ketinggian pada malam hari.

Satu ciri khas yang sangat jelas terlihat di kota Lampung adalah Siger. Siger adalah simbol dari kota Lampung. Yang membuat lebih unik, simbol Siger ini terpasang hampir di setiap bangunan seperti toko, restoran, bank, gedung pemerintahan dan lainnya. Salah seorang teman ayah yang berdomisili disini memberitahu bahwa memang setiap bangunan, baik itu tempat usaha atau kantor diharuskan untuk memasang Siger. Hal ini merupakan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota Lampung. Aku kira Siger yang terpasang di berbagai tempat memiliki model yang sama, ternyata modelnya bermacam-macam. Selain itu, terdapat juga beberapa bangunan dimana pada pintunya diberi motif kain khas Lampung. Dengan cara seperti ini, tentunya warga akan selalu teringat dengan ciri khas budaya wilayahnya dan juga akan melestarikannya.

         A beautiful scenery from Emersia Hotel Lampung