Kalimat "Biar waktu yang menjawab" seakan menjadi begitu nyata buat gue dalam berpenampilan. Sejak masa kanak hingga kuliah, dandan engga pernah menarik banyak perhatian gue. Pengalaman kaya gini, gue rasa sebagian besar cewek mengalaminya. Di tengah fase hidupnya, seseorang bisa benar-benar mengubah cara berpenampilannya. Entah untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, menyesuaikan gaya hidup kebanyakan, menyenangkan diri sendiri dan beragam tujuan lainnya.
Walaupun gue aslinya memang engga begitu suka dandan, tapi kali ini gue mau membagikan sedikit cerita yang berhubungan dengan makeup. Hanya sekedar mengingatkan lagi, kalau yang mau gue tuliskan di sini bukan sebuah review makeup (gimana review-nya setelah menjadi cewek yang jadi suka coba-coba makeup).
Inilah secercah cerita di balik terbelinya aneka produk lipstik gue.
1. Revlon
Walaupun gue aslinya memang engga begitu suka dandan, tapi kali ini gue mau membagikan sedikit cerita yang berhubungan dengan makeup. Hanya sekedar mengingatkan lagi, kalau yang mau gue tuliskan di sini bukan sebuah review makeup (gimana review-nya setelah menjadi cewek yang jadi suka coba-coba makeup).
Inilah secercah cerita di balik terbelinya aneka produk lipstik gue.
1. Revlon
Rupanya lipstik ini yang mengawali ketertarikan gue untuk berdandan. Siang hari itu sepulang kuliah, gue bersama salah satu sobat memutuskan rehat dengan jalan-jalan di mall kebanggaan dekat kampus. Walaupun terdengar sepele, iseng seringkali menjadi alasan kuat untuk melakukan sesuatu. Hal ini pun terjadi pada kami yang tadinya cuma ingin coba-coba lipstik di suatu gerai berubah jadi ingin punya. Iseng-iseng mampir melihat toko lipstik apalagi sampai mencoba memang engga boleh sering-sering dilakukan. Sikap cuek gue pada segala hal yang berhubungan dengan dandan seketika hilang saat mencoba beberapa shade lipstik. Dalam hati bergurau, "Oh iya ya, sekarang ngerti banget kenapa cewek-cewek tuh engga bisa lepas sama si lipstik dan kawan-kawannya."
Satu hal yang cukup mengkhawatirkan gue adalah mencoloknya warna lipstik saat gue pakai. Sedari dulu, gue selalu beranggapan warna merah lipstik itu akan benar-benar mengubah tampilan wajah gue jauh dari biasanya. Maklum, gue itu cewek tomboi yang engga pernah berurusan dengan rangkaian alat makeup dan engga pernah peduli.
Setelah puas memoles bibir dengan beragam shade lipstik
(sebenernya lebih engga enak sama si mbak penjualnya), gue membeli satu, ya satu saja. Pilihan gue ini pun juga berdasarkan dukungan sobat gue yang terus meyakinkan kalau warna yang gue pilih ini benar-benar warna yang tepat. Ini menjadi pembelajaran kecil yang penting bahwa sesungguhnya sebuah masukan atau saran dari orang-orang terdekat kita dapat sangat memengaruhi. Kekuatan Word of Mouth jempolan banget deh!
Hasil polesan lipstik yang gue coba engga serta merta dihapus begitu saja. Dengan penuh percaya diri, gue melangkah kembali mengitari seluruh isi mall seperti layaknya cewek-cewek pada umumnya yang juga senang dengan riasan andalannya.
2. Make Over
Kala itu, lip cream sedang tren. Produk-produk kosmetik pun berbondong-bondong membuat lip cream, salah satunya Make Over. Sebelumnya gue engga pernah kenal dengan produk kosmetik satu ini. Walaupun engga seluas itu pengetahuan gue tentang perkosmetikan, beruntungnya gue tipikal orang yang senang jalan sana sini. Bahkan tanpa punya tujuan yang jelas pun, gue bisa tetap senang hahaa. Saat mengitari suatu mall, pandangan gue tiba-tiba terhenti pada satu toko yang sekarang dikenal dengan drugstore, toko yang sebenarnya juga menjual beragam skin care dengan harga yang lebih terjangkau. Jadi jelas banget kenapa banyak cewek betah berlama-lama di sana. Drugstore itu udah jadi surga dunianya para cewek!
Tepat di depan etalase Make Over, warna-warna lip cream-nya yang sangat beragam itu sekejap membuat gue terdiam. Seakan Make Over telah mendengar dan menjawab kegelisahan panjang gue akan warna lipstik merah yang terkesan menor. Saking banyak warnanya, kebingungan gue lantas meronta-ronta. Tanpa lihat kanan-kiri, gue pun mencoba-coba beberapa diantaranya yang sekiranya bisa selaras dengan bibir. Dalam batinku, ini dia momen yang paling mengasyikkan!
Sulit benar memang menahan rasa ingin memiliki. Tak terkecuali memiliki berbagai warna lipstick yang sebetulnya juga entah kapan saja gue bakal memakainya. Ternyata 2 saja belum cukup memuaskan gue. Hmm.. sebenarnya bukan begitu, tapi karena hari itu sedang ada diskon.. Yup! diskon selalu berhasil menggaet siapapun yang berada di sekitarnya.
Hari itu adalah hari yang membuat gue jatuh cinta dengan Make Over hingga saat ini. Buat kualitas makeup, lokal punya juga engga kalah syantiik

