Sebelumnya aku tidak pernah selama ini menatap air hujan yang terus
berjatuhan membasahi seluruh sudut kota. Aku juga tidak pernah merasakan
kesenangan sampai sejauh ini setiap musim hujan tiba. Saking senangnya, aku
berinisiatif untuk melakukan beragam hal agar bisa lebih menikmati tetes demi
tetes air yang langit berikan di balik jendela. Selalu terpikir olehku untuk
tidak melewatkan begitu saja momen ini. Karena aku memiliki tipe mulut yang
ingin mengunyah apa pun yang enak-enak, maka aku jadi lebih sering menyaksikan
indahnya rintikan maupun derasnya hujan. Kalau tidak begitu, kemungkinan besar
aku akan memutar playlist lagu bernada lembut dimana diantaranya adalah
lagu-lagu yang kamu rekomendasikan untukku. Kamu adalah Adrian, seseorang
lelaki yang berhasil membuatku jatuh cinta dengan setiap datangnya hujan
sekaligus membawaku masuk menuju dirimu yang selalu menyejukkan hatiku.
Setelah berminggu-minggu lamanya menjalani masa ospek beberapa tahun
silam, aku ternyata jadi bisa lebih mengenalmu. Kala itu, kamu adalah mentor
yang ditugaskan untuk mendampingi kelompokku. Sejak dulu, pribadi khas dirimu
yang menyenangkan sudah begitu terasa. Di saat kebanyakan senior berlomba-lomba
memasang wajah paling menakutkannya, kamu justru asyik dengan caramu menghidupkan
suasana kehangatan bersamaku dan lainnya. Dengan benar-benar apa adanya, kamu
memberitahukan bahwa kami merupakan sejumlah orang-orang yang akan merasakan
beragam keseruan nantinya dengan mengenyam perkuliahan di jurusan ini. Sebenarnya
sebelum aku tahu hal ini darimu, aku sudah pernah dengar bagaimana asyiknya jurusan
Periklanan. Ada banyak proses kreatif di dalamnya. Kita akan diajak mengeksplorasi
lebih banyak dunia untuk mencetuskan sebuah ide yang tidak terduga. Ini menjadi
alasan utama yang mendorong aku ingin mendalami sebuah ilmu yang bisa membuat
kita bahagia dengan sederhana. Tetapi, semenjak ada kamu yang datang disertai
hujan, alasan yang aku miliki kian bertambah.
Saat itu sore lebih cepat meredupkan cahaya gemilangnya. Gerombolan
awan tebal seperti sudah tidak sabar menggantikan kehadirannya. Alhasil,
percikan air deras dengan sekejap menyelimuti kehidupan kampus yang silih
berganti suasananya. Biasanya di tengah hari sekarang ini, ada
perkumpulan-perkumpulan mahasiswa yang menciptakan keramaian. Terlebih jika
sedang hujan, mereka akan bersama lebih lama. Namun tidak denganku. Aku lebih
banyak menghabiskan waktu sendiri. Waktu perkuliahan hari ini sudah usai dari
beberapa jam yang lalu dan aku memilih membaca buku novel terlebih dahulu di sebuah
pojokan kosong tidak jauh dari kelasku tadi sebelum pulang. Lembar demi lembar
sudah kulewati, sementara hujan belum lekas reda. Sambil melanjutkan bacaanku
kembali, aku berharap hari yang sudah terlanjur digenangi air hujan yang lebat
ini agar bisa memulihkan kembali segala aktivitas yang sempat terhenti. Dalam
benak diriku yang masih belum lama menjadi mahasiswa ini, hujan tidak lebih
dari tumpahan banyak air dari langit. Benar-benar tidak pernah mengagumi
kemunculannya.
Kelihatannya hujan sedang tidak mendengarkan kata hatiku yang
menginginkannya bergegas pergi. Tandanya aku juga harus melepaskan harapanku
dan mencari cara lain agar tetap bisa duduk tentram di tengah hamparan air
hujan di luar sana. Seperti yang sudah pernah kusebutkan, aku sangat suka
mulutku mengunyah dan mengecap makanan. Jadi setelah sudah merasa puas menekuni
hobi, aku tanpa pikir panjang akan melahap makanan yang ada di sekitarku. Kali
ini, aku harus berjalan menuruni anak-anak tangga terlebih dahulu untuk menuju
kantin. Ah iya, dalam hal memilih makanan, aku memiliki kelebihan sedikit unik
dibandingkan cewek-cewek pada umumnya. Ketika memutuskan akan membeli makanan
apa, aku tidak memerlukan waktu panjang. Dan aku sedang ingin melahap bakso
gepeng bercampur saos sambal yang sekejap meningkatkan kehangatan.
Baru saja memasuki area kantin sebentar, kedua kakiku memberhentikan
langkahku. Mataku ternyata bekerja lebih cepat, aku menemukan seorang Adrian
menempati meja di salah sisi ujung kantin. Sendiri menatap layar laptop bersama
segelas kopi susu. Pikirku tidak ada salahnya jika aku menghampirinya dan
menyapanya. Seketika pergerakan seluruh tubuhku menyatu dengan segala unsur
kehidupan yang ada di sana.
"Halo kak Adrian, lagi nugas sendirian aja nih?" Sapaku seraya bersorak pelan.
"Woi Rin, lebih tepatnya lagi iseng baca artikel aja,"
jawabnya dengan setengah tertawa.
"Oh..haha dikirain lagi syuting jadi mahasiswa teladan
walau hujan menerjang" , aku mencoba menambahkan bumbu komedi agar
percakapan semakin mencair.
"Tentu tidak, kalau itu nanti ada sesinya sendiri
dong, hahaha."
"Eh itu muka kok kelihatannya kaya lesu gitu? Pasti lo
belum makan enak ya hari ini." , ujar Kak Adrian beserta senyum kecilnya.
"Tahu aja lo kak, hahaha. Makanya ini gue mau
ngehabisin semua porsi bakso gepeng yang masih ada."
"Cakeep! Kalau gitu, lo makannya di meja bareng gue
sini aja ya. Biar ada suporter yang bisa nyemangatin lo buat ngehabisin bakso
gepengnya. Alias, gue bisa minta."
Jika aku ladeni terus celotehan-celotehanmu itu maka perutku akan
menggurutu dan aku paling tidak bisa menahannya. Sembari melepas tawa bahagia,
perlahan aku memutar balikkan badan ke arah dimana gerobak bakso gepeng berada.
Dari caramu bercerita, terlihat jelas kalau kamu secara sukarela masuk
ke dalamnya. Mangkok bakso gepeng pedasku memang sudah kosong tetapi aku masih
ingin menghanyutkan diriku ke dalam kehangatan yang kau hadirkan dari
cerita-ceritamu. Entah bagaimana alurnya, hujan menduduki topik pembicaraan terpanjang
kita. Uraian tentang hujan yang kamu sampaikan seolah-seolah memperlihatkan
kamu sudah sangat akrab dengannya. Katamu, hujan menyegarkan pikiranmu dari
kepenatan, hujan setia menemanimu melalui suaranya yang indah, dan hujan mengajarkanmu
untuk lebih memperhatikan yang ada di dekat kita. Dengan begitu, kamu bisa
memahami makna hidup yang sesungguhnya. Jangan salahkan aku kalau sejak itu aku
tergerak ingin menemuimu setiap hujan turun. Semua tentang hujan yang kau
lontarkan membukakan banyak pintu dalam
batinku. Apakah kamu bisa membayangkan betapa gembiranya aku mendapati
seseorang tepat di sampingku menyelaraskan kembali warna hidupku yang rentan
pudar.
Jujur, terkadang semangatku membara jika mendengar bunyi pesan masuk
berulang kali secara bersamaan dari telepon genggamku. Seakan ada seperangkat
pesan baik yang dirancang khusus untukku. Bukan lagi imajinasiku, pesan baik
itu memang benar ada dan berasal dari kamu. Di dalam pesan itu, kamu mengajak
aku untuk mendaftar menjadi anggota mahasiswa pecinta alam di kampus kita. Kamu
yang sudah lebih dulu masuk tampak sangat antusias mengikutsertakanku untuk
berteman lebih dekat lagi dengan alam. Kamu memang sudah sebegitu cintanya
dengan alam dan aku selalu mengaguminya. Kebetulan juga, aku belum mengikuti
kegiatan atau organisasi mahasiswa apapun sampai detik ini. Tanpa pikir
panjang, aku pun mengiyakan ajakanmu.
Kondisi fisik yang memumpuni tentu sangat penting dalam melakukan
berbagai aktivitas alam. Karena itu, aku melatih kekuatan tubuhku dengan
berolahraga jogging. Dan lagi-lagi kamu menawarkan sesuatu yang lagi-lagi
membuaiku. Atas dasar alasan agar aku bisa lolos seleksi anggota mahasiswa
pencinta alam, kamu ingin lebih sering hadir sebagai penyemangat yang menemaniku
jogging selepas perkuliahan. Di antara hari-hari kebersamaan kita tersebut,
hujan kembali menghampiri. Hujan membuatku lebih memahami bagaimana dirimu. Sekalipun
rintik hujan sudah mulai memperlihatkan wujudnya, kamu terus melaju dengan
selalu menyematkan mimik wajah yang paling girang dibanding yang pernah aku
lihat selama ini. Kamu, aku, dan hujan, kita bertiga sudah resmi menjadi tiga
sekawan yang tidak akan terpisahkan.
Sekarang aku mengerti mengapa aku diberikan tempat
duduk tepat sebelah jendela di kantor. Setiap hujan turun, aku bisa lebih
merasakan keberadaan dirimu walaupun kamu sedang berada jauh dariku. Cintamu
kepada alam yang dalam membuatmu tiada henti menjelajahinya, kamu ingin
mengungkapkan lebih banyak lagi keindahannya kepada seluruh manusia. Aku masih
di sini menunggu kedatanganmu meski entah kapan kamu bisa memastikannya. Yang
jelas kutahu, kemana pun kamu pergi, kamu selalu menggengam erat hatiku. Hujan
dimana pun akan tetap sama, sama-sama bertekad menyatukan kita. Di hari yang
indah nanti saat kita bertemu lagi, aku yakin hujan akan turun untuk
memeriahkannya.